Minggu, 18 September 2016

Saatnya Move On

Mungkin moment postingan ini tepat, karena puasa Ramadhan sudah dekat beberapa minggu lagi, Bulan puasa adalah suatu tahap dimana kita ditempa, digodok,  untuk menjadi insan manusia yang berbudi pekerti luhur. Kita disuruh untuk menahan semua hal negatif dari diri kita. Tidak hanya nafsu makan minum, tapi juga nafsu lainnya. Yang kebiasaan melototin cewek harus belajar lebih sopan melihatnya, jaga pandangan kita. Yang sering ngegosip #LOL coba deh ditahan dulu, gak usah ngomongin keburukan orang lain apalagi mencampuri (dapur) rumah tangga orang. Coba isi bulan ini dengan berbagai hal yang positif. Untuk apa sih kita melakukan hal-hal positif tersebut dibulan Ramadhan? Ketika kita istiqomah melakukan hal baik, maka kebiasaan itu akan mengiringi kita setelah keluar bulan Ramadhan. Sungguh berat menyempurkan ibadah di bulan Ramadhan, kenapa? Karena terkadang kita hanya bisa menahan makan minum aja, tetapi hal-hal seperti diatas kadang sering khilaf. Untuk itu niat kita harus dirubah. Niat ingin menjadi orang terbaik yang bisa kita lakukan.
Cobaan dan ujian kadang juga menghampiri kita saat bulan suci ini. Ujian yang sejatinya adalah untuk menguatkan diri kita. Memiliki pribadi yang baik adalah sebuah pilihan. Pilihan yang tidak hanya sekedar memilih tapi pilihan yang penuh perjuangan. Perjuangan yang kadang nikmatnya belum tentu kita rasakan saat di dunia tapi mungkin nanti saat di akherat. Tetapi ada juga orang yang telah diberikan kenikmatan tersebut saat di dunia.
Ujian akan datang tanpa disangka-sangka, hal ini bukti Allah sayang pada umatnya. Ketika kita lengah untuk mengingat-Nya, ujian inilah cara Allah mengingatkan kita. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat” (QS. Al-Baqarah: 214).
Beberapa hari lalu sebuah ujian mendatangi saya. Ujian yang tidak mungkin diceritakan disini. Tapi singkatnya hati dan pikiran menjadi bingung tidak karuan dan karena ketidaksabaran saya dan kurangnya ikhlas berujung pada ujian berikutnya. Hubungan dengan seseorang yang sangat berarti bagi saya dan telah terjalin lama serta serius ingin menuju ke jenjang selanjutnya harus lebur. Memang benar adanya bahwa manusia hanyalah bisa berusaha dan Allah lah yang menentukan segalanya. Begitu terpukulnya saya saat itu, tetapi Allah memberikan petunjuk kepada saya dengan cara-cara-Nya, Alhamdulillah perlahan tapi pasti saya bisa menerima (meskipun susah) keputusan ini. Tanpa disadari sebenarnya ada hikmah dari ujian ini. Saya akhirnya tahu bagaimana kehidupan itu, bagaimana menyikapinya, dan bagaimana mengolahnya. Saya akhirnya juga tahu bahwa masih banyak perbuatan saya yang perlu diperbaiki, untuk menjadi insan manusia yang lebih baik, dan berguna untuk orang lain. Dan yang tidak kalah pentingnya, sesuai “teori” umum bahwa tulang rusuk seseorang tidak pernah tertukar *cieee*. Jadi, kalau seseorang itu adalah jodoh kita dan kita yakin seseorang itu adalah orang terbaik untuk kita (dengan petunjuk Allah) kemudian kita berusaha untuk mendapatkannya lagi, pasti dan yakinlah ada jalan untuk bersatu lagi. Karena perpisahan dan pertemuan hanya Allah yang bisa mengatur.
Satu kunci sebenarnya yang menjadi pokok kita menghadapi ujian, yaitu IKHLAS. Dengan keikhlasan, hati ini akan tenang dan petunjuk-petunjuk Allah akan dengan mudah kita terima. Karena pada dasarnya Allah sayang pada kita semua, tetapi karena kita lebih memilih mengikuti syetan, maka pertolongan Allah seakan “sulit” kita terima. Selain itu, mari kita belajar untuk tidak bersedih dengan apapun keadaan kita. Kata orang jika rencana A gagal, tetaplah semangat karena masih ada 25 huruf alfabet lainnya. Hehe *stay cool*
Hidup adalah sebuah perjalanan yang bermuara pada pencarian keridhoan-Nya. Apapun yang kita lakukan harusnya bermuara kesitu. Berbagai pencapain kita berupa karir, prestasi, dan sebagainya apapun bentuknya harus kita nikmati dan syukuri. Karena dengan syukur, Insya Allah kita akan diberikan oleh Allah kenikmatan yang lebih baik. Contohnya begini, ada dua orang mahasiswa baru, yang satu sangat bersyukur kuliah di jurusan itu, sedang yang satunya tidak mensyukurinya, mungkin karena jurusan itu adalah jurusan “tersasar” menurutnya. Dengan syukur pastinya orang tersebut akan senang mengikuti perkuliahan. Kita pasti tahu senang akan membawa kesegaran pikiran dan hati. Dengan begitu ilmu-ilmu yang didapat mudah terserap. Bandingkan dengan orang satunya yang tidak bersyukur, pastinya dalam pikirannya sumpek, gelisah, galau dan apalah itu. Dengan kondisi seperti ini sulit sekali ilmu tersebut bisa diterima orang tersebut.
Oleh karena itu, mari kita move on untuk menjadi manusia lebih baik dan berguna bagi lingkungan di sekitar kita

0 komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer