Cobaan dan ujian kadang juga menghampiri
kita saat bulan suci ini. Ujian yang sejatinya adalah untuk menguatkan
diri kita. Memiliki pribadi yang baik adalah sebuah pilihan. Pilihan
yang tidak hanya sekedar memilih tapi pilihan yang penuh perjuangan.
Perjuangan yang kadang nikmatnya belum tentu kita rasakan saat di dunia
tapi mungkin nanti saat di akherat. Tetapi ada juga orang yang telah
diberikan kenikmatan tersebut saat di dunia.
Ujian akan datang tanpa disangka-sangka,
hal ini bukti Allah sayang pada umatnya. Ketika kita lengah untuk
mengingat-Nya, ujian inilah cara Allah mengingatkan kita. “Apakah kamu
mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman
bersamanya: “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu dekat” (QS. Al-Baqarah: 214).
Beberapa hari lalu sebuah ujian
mendatangi saya. Ujian yang tidak mungkin diceritakan disini. Tapi
singkatnya hati dan pikiran menjadi bingung tidak karuan dan karena
ketidaksabaran saya dan kurangnya ikhlas berujung pada ujian berikutnya.
Hubungan dengan seseorang yang sangat berarti bagi saya dan telah
terjalin lama serta serius ingin menuju ke jenjang selanjutnya harus
lebur. Memang benar adanya bahwa manusia hanyalah bisa berusaha dan
Allah lah yang menentukan segalanya. Begitu terpukulnya saya saat itu,
tetapi Allah memberikan petunjuk kepada saya dengan cara-cara-Nya,
Alhamdulillah perlahan tapi pasti saya bisa menerima (meskipun susah)
keputusan ini. Tanpa disadari sebenarnya ada hikmah dari ujian ini. Saya
akhirnya tahu bagaimana kehidupan itu, bagaimana menyikapinya, dan
bagaimana mengolahnya. Saya akhirnya juga tahu bahwa masih banyak
perbuatan saya yang perlu diperbaiki, untuk menjadi insan manusia yang
lebih baik, dan berguna untuk orang lain. Dan yang tidak kalah
pentingnya, sesuai “teori” umum bahwa tulang rusuk seseorang tidak
pernah tertukar *cieee*. Jadi, kalau seseorang itu adalah jodoh kita dan
kita yakin seseorang itu adalah orang terbaik untuk kita (dengan
petunjuk Allah) kemudian kita berusaha untuk mendapatkannya lagi, pasti
dan yakinlah ada jalan untuk bersatu lagi. Karena perpisahan dan
pertemuan hanya Allah yang bisa mengatur.
Satu kunci sebenarnya yang menjadi pokok
kita menghadapi ujian, yaitu IKHLAS. Dengan keikhlasan, hati ini
akan tenang dan petunjuk-petunjuk Allah akan dengan mudah kita terima.
Karena pada dasarnya Allah sayang pada kita semua, tetapi karena kita
lebih memilih mengikuti syetan, maka pertolongan Allah seakan “sulit”
kita terima. Selain itu, mari kita belajar untuk tidak bersedih dengan
apapun keadaan kita. Kata orang jika rencana A gagal, tetaplah semangat
karena masih ada 25 huruf alfabet lainnya. Hehe *stay cool*
Hidup adalah sebuah perjalanan yang
bermuara pada pencarian keridhoan-Nya. Apapun yang kita lakukan harusnya
bermuara kesitu. Berbagai pencapain kita berupa karir, prestasi, dan
sebagainya apapun bentuknya harus kita nikmati dan syukuri. Karena
dengan syukur, Insya Allah kita akan diberikan oleh Allah kenikmatan
yang lebih baik. Contohnya begini, ada dua orang mahasiswa baru, yang
satu sangat bersyukur kuliah di jurusan itu, sedang yang satunya tidak
mensyukurinya, mungkin karena jurusan itu adalah jurusan “tersasar”
menurutnya. Dengan syukur pastinya orang tersebut akan senang mengikuti
perkuliahan. Kita pasti tahu senang akan membawa kesegaran pikiran dan
hati. Dengan begitu ilmu-ilmu yang didapat mudah terserap. Bandingkan
dengan orang satunya yang tidak bersyukur, pastinya dalam pikirannya
sumpek, gelisah, galau dan apalah itu. Dengan kondisi seperti ini sulit
sekali ilmu tersebut bisa diterima orang tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar